PARADIGMA KEILMUAN YANG MELANDASI PROSES TRANSFORMASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN QASIM RIA


PARADIGMA KEILMUAN YANG MELANDASI PROSES TRANSFORMASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN QASIM RIA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fisafat Ilmu

KOSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM DOKTOR (S3) PASCASARJANA 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SGD BANDUNG 
2016 / 2017 M

Abstract
       The Scientific paradigm based the process of transformation of the State Islamic University (UIN) Sunan Qasim Riau
      The Research aims to find out about : (1) History, Vision and Mission UIN Sunan Qasim Riau (2) Analyzing the scientific paradigm which was used as the basic of the transformation of UIN Sunan Qasim Riau
      Research Methods using descriptive-qualitative analysis. Research shows about scientific paradigm which was used as the basic of transformation Sunan Qasim UIN Riau. One of fundamental efforts taken by UIN Sunan Kasim Riau is the transformation of scientific paradigms with putting iman and tauhid as the basic of Sciences. The effort gets the most important priority that should be corrected because the construction of scientify based on iman and tauhid is breath or soul especially for UIN Sunan Qasim Riau.
      Accordingly, concerning things that are rational objective or  philosophical of change its self, So Probably, there is not much change between the UIN with another UIN. While related with strategies and the implications even between each University have similarities, then there are differences because of different conditions and situations.
KeyWord: Paradigm, Science, Process, Transformation.

Abstrak:
      Paradigma Keilmuan Yang Melandasi Proses Tranformasi Universitas Islam Negeri ( UIN ) Sunan Qasim Riau.
      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejarah, Visi dan Misi UIN Sunan Qasim Riau (2) Menganalisa paradigma keilmuan yang digunakan  sebagai landasan transformasi UIN Sunan Qasim Riau
  Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kulaitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan tentang paradigma keilmuan yang digunakan sebagai landasan transformasi UIN Sunan Qasim Riau. Salah satu upaya fundamental yang ditempuh UIN Sunan Qasim Riau adalah melakukan transformasi paradigma keilmuan dengan meletakkan iman dan tauhid sebagai landasan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapatkan prioritas terpenting yang perlu dibenahi karena konstruksi keilmuan yang berlandaskan iman dan tauhid merupan nafas atau ruh khususnya bagi UIN Sunan Qasim Riau.
   Oleh karena menyangkut hal yang bersifat rasional obyektif atau bersifat filosofis dari perubahan itu sendiri, maka kiranya tidak banyak perubahan antara UIN satu dengan UIN lainnya. Sedangkan yang berkaitan dengan strategi dan implikasi sekalipun diantara masing masing perguruan tinggi memiliki kesamaan, maka masih terdapat perbedaan oleh karena kondisi dan situasi yang berbeda.
KataKunci: Paradigma,Ilmu,proses, Transformasi.
.
PENDAHULUAN
Tantangan di era globalisasi ini menuntut respon tepat dan cepat dari system pendidikan Islam secara keseluruhan, jika kaum muslimin tidak hanya ingin sekedar survive ditengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat. Tetapi juga berharap mampu tampil di depan. Maka reorientasi pemikiran mengenai pendidikan Islam dan rekonstruksi system dan kelembagaan merupakan keniscayaan. Umat Islam tidak boleh berpangku tangan dan hanya menjadi penonton dari luar seluruh perkembangan yang terjadi.
Pemikiran inilah yang mendorong adanya gagasan tentang pengembangan IAIN menjadi UIN yang menjadi pilot projet adalah UIN Jakarta dan UIN Yoyakarta.   pengembangan/ peningkatan status pendidikan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi UIN kemudian dilanjutkan dengan mengembangkannya  di empat kota besar berikutnya.
Pengembangan pendidikan tinggi melalui UIN bertolak dari suatu pandangan bahwa pendidikan tinggi Islam merupakan suatu wahana pengembangan pandangan hidup yang Islami, untuk dimanifestasikan dalam sikap hidup dam ketrampilan hidup selaras dengan minat, bakat, dan bidang keahliannya masing-masing. Pandangan ini berimplikasi pada pendidikan Islam yang berorientasi pada peningkatan kualitas iman dan taqwa atau bahkan imam atau pemimpin bagi orang yang bertaqwa.1
Salah satu upaya fundamental yang ditempuh UIN Sunan Kasim Riau adalah melakukan transformasi paradigma keilmuan dengan meletakkan iman dan tauhid sebagai landasan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapatkan prioritas terpenting yang perlu dibenahi karena konstruksi keimuan yang berlandaskan iman dan tauhid merupan nafas atau ruh khususnya bagi UIN Sunan Qasim Riau.

PEMBAHASAN
 A. Sejarah Ringkas Universitas Islam Negeri Sunan Kasim
      Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau
 dalam Bahasa Inggris adalah State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau merupakan hasil pengembangan/ peningkatan status pendidikan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru yang secara resmi dikukuhkan berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2005 tanggal 4 Januari 2005 tentang Perubahan IAIN Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru menjadi UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan diresmi kanpada 9 Februari 2005 oleh Presiden RI, Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai tindak lanjut perubahan status ini, Menteri Agama RI menetapkan Organisasi dan Tata kerja UIN Suska Riau berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 8 Tahun 2005 tanggal 4 April 2005.
      Institut Agama Islam Negeri Sulthan  Syarif Qasim (IAIN Susqa) Pekan baru sebagai cikalbakal UIN Suska Riau, didirikan pada tanggal 19 September 1970 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 194 Tahun 1970. Institut ini diresmikan berdirinya oleh Menteri Agama Republik Indonesia K.H. Ahmad Dahlanpadatanggal 19 September 1970 berupa penandatanganan piagam dan pelantikan Rektor yang pertama, Prof. H. Ilyas Muhammad Ali.
IAIN Susqa ini  pada mulanya berasal dari beberapa Fakultas dari Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta yang kemudian dinegerikan, yaitu FakultasTarbiyahUniversitas Islam Riau di Pekanbaru, Fakultas Syariah Universitas Islam Riau di Tembilahan, dan Fakultas Ushuluddin MesjidAgung An-NurPekanbaru.
Dengan persetujuan Pemerintah Daerah, maka Institut Agama Islam Negeri Pekanbaru ini diberi nama  dengan Sulthan Syarif Qasim, yaitu nama Sulthan Kerajaan Siak Sri Indrapura ke-12 atau terakhir, yang juga nama pejuang nasional asal Riau. Pengambilan nama in imengingat jasa-jasa dan pengabdian beliau terhadap negeri, termasuk di bidang pendidikan.
IAIN Susqa Pekan baru ini mengambil tempat kuliah pada mulanya di bekas sekolah Cina di Jl. Cempaka, sekarang bernama Jl. Teratai, kemudian dipindahkan ke masjid Agung An-Nur. Lalupadatahun 1973, barulah IAIN Susqa menempati kampus Jl. Pelajar (Jl. K.H. Ahmad Dahlan sekarang). Bangunan pertama seluas 840 m2 yang terletak di atas tanah berukuran 3,65 Ha dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah dan diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau, ArifinAchmad, padatanggal 19 Juni 1973.
Ketika didirikan, IAIN Susqa hanya terdiri atas tiga Fakultas, yaitu FakultasTarbiyah, FakultasSyari’ah, dan Fakultas Ushuluddin. Namun sejak tahun 1998, IAIN Susqa mengembangkan diri dengan membuka Fakultas Dakwah. Fakultas ini didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 104 Tahun 1998 tanggal 24 Pebruari 1998. Fakultas ini pada mulanya berasal dari Jurusan Dakwah yang ada pada Fakultas Ushuluddin. Pada tahun 1997 telah berdiri pula Program Pascasarjana/PPs IAIN SUSQA Pekanbaru.
Keinginan untuk memperluas bidang kajian di IAIN SulthanS yarif Qasim Pekanbaru muncul melalui Seminar Cendikiawan Muslim (1985), Seminar Budaya Kerjadalam Perspektif Islam (1987), dan dialog ulama serta cendikiawan se-Propinsi Riau. Tiga tahun berturut-turut (1996, 1997, 1998) melahirkan rekomendasi: Agar IAIN Sulthan Syarif Qasim  Pekanbaru membuka program studi baru (umum). Melalui keputusan rapat senat IAIN Susqa tanggal 9 September 1998 yang menetapkan perubahan status IAIN Susqa menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, maka dilakukan persiapan secara bertahap. Mulai padatahun akademik 1998/1999 telah dibuka beberapa program studi umum  pad abeberapa fakultas, seperti program studi Psikologi pada FakultasTarbiyah, program studi Manajemen dan Manajemen Perusahaan pada Fakultas Syari’ah, dan program studi Ilmu Komunikasi pada Fakultas Dakwah. Pada tahun akademik 1999/2000 IAIN Suskatelah pula membuka Program Studi Teknik  Informatika. Satu tahun kemudian, tepatnya tahun akademik 2000/2001, dibuka pula Program Studi Teknik Industri. Kedua program stud iterakhir ini untuk sementara ditempatkan di bawah administras iFakultasDakwah.
Pada tahun akademik 2002/2003 program studiumum yang ada pada fakultas diatas dan ditambah beberapa program studi baru, ditingkatkan menjadifakultas yang berdirisendiri. Fakultas-fakultas tersebut adalah Fakultas Sains danTeknologi dengan Jurusan/Program Studi Teknik Informatika, Teknik Industri, Sistem Informasi, dan Matematika; Fakultas Psikologi dengan Jurusan/Program Studi Psikologi; Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosialdengan Program Studi Manajemen, Akuntansi dan Manajemen Perusahaan Diploma III; dan Fakultas Peternakan dengan Program Studi IlmuTernak dengan konsentrasi Teknologi Produksi Ternak, Teknologi Hasil Ternak dan Teknologi Pakandan Nutrisi.
Dengan demikian, pada tahun akademik 2002/2003, IAIN Susqa sebagai persiapan UIN Suska Riau telah mempunyai 8 fakultas, yaitu: FakultasTarbiyah, Fakultas Syari’ah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Sains danTeknologi, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Peternakan.
Peningkatan status IAIN menjadi UIN dimaksudkan untuk menghasilkan sarjana muslim yang mampu menguasai, mengembangkan, dan menerapkan ilmu ke-Islaman, ilmu pengetahuan dan teknologi secarai ntergral, sekaligus menghilangka npandangan dikhotomi Antara ilmuke islaman dan ilmu umum.
Pengembangan UIN Suska tidak hanya adilakukan pada bidang akademik semata, seperti melalui pembukaan fakultas-fakultas dan program-program studi baru, tapi juga diarahkan pada pengembangan di bidang fisik, sarana, dan prasarana. Dewasa ini UIN Suska telah mempunyai lahan kampus seluas 84,15 Ha yang terdir iatas 3,65 Ha di Jl. K.H. Ahmad Dahlan dan 80,50 Ha di Km. 15 Jl. Soebrantas Simpang baru Panam Pekanbaru.
Lahan kampus di Km 15 Jl. H.R. Soebrantas tersebut dibebaskan pada tahun 1981/1982 mulanya seluas 60 Ha dan diperlua spad atahun 2003-2006 menjadi 80,50 Ha. Pada tahun 1995/1996 pembangunan fisik di lahan ini telah dimulai dan telah berhasilmem bangun gedung seluas 5.760 m2 untuk 70 lokal ruang kuliah.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 8 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Suska Riau dan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 2006 tentang Perubahanatas PMA RI No. 8 Tahun 2005 tentang Organisasidan Tata Kerja UIN Suska Riau, maka UIN Suska Riau memiliki 8 fakultas, yaitu: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariahdan Ilmu Hukum, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan IlmuKomunikasi, Fakultas Sains danTeknologi, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan IlmuSosial, dan Fakultas Pertaniandan Peternakan.
Sejak berdirinya IAIN Susqa sampai menjadi UIN Suska hingga sekarang ini telah beberapa kali mengalami pergantian pimpinan, sebagai berikut:

No
Nama
Periode
1.
Prof. H. IlyasMuh. Ali
1970 – 1975
2.
Drs. H. A. MoeradOesman
1975 – 1979
3.
Drs. SoewarnoAhmady
1979 – 1987
4.
Drs. H. Yusuf Rahman, MA
1987 – 1996
5.
Prof. Dr. H. Amir Luthfi
1996 – 2000
6.
Prof. Dr. H. Amir Luthfi
2000 – 2005
7.
Prof. Dr. H. M. Nazir
2005 – 2010
8.
Prof. Dr. H. M. Nazir
2010 – 2014
9.
Prof. Dr. H. MunzirHitami, MA
2014 – 2018

Visi, Karateristik, Misi danTujuan UIN Sunan Qasim Riau

V i s i

“Visi UIN Suska Riau adalah terwujudnya Universitas Islam Negeri sebagai lembaga pendidikan tinggi pilihan utama pada tingkat dunia yang mengembangkan ajaran Islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni secara integral pada tahun 2023”.
M i s i

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas secara akademik dan professional serta memiliki integritas pribadi sebagai sarjana muslim;
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengkajian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dengan menggunakan paradigma Islami;
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan /atau seni dengan menggunakan paradigma Islami;
4. Menyelenggarakan tata perguruan tinggi yang otonom, akuntabel, dan trasnparan yang menjamin peningkatan kualitas berkelajutan.
Karakteristik
1. Pengembangan paradigm ilmu yang memberi penekanan pada rasa iman dan tauhid (belief affection).
2. Pengembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan pendekatan religious sehingga nilai-nilai Islam menjadi roh bagi setiap cabang ilmu pengetahuan dengan penerapan prinsip Islam dalam Disiplin Ilmu (IDI) sebagai upaya riil mewujudkan integrasi ilmu dengan Islam.
3. Penyelenggaraan beberapa disiplin ilmu ini untuk mencapai standar kompetensi ilmu-ilmu keislaman yang memperkuat domain akidah, ibadah, muamalah dan akhlak
4. Pembinaan dan pengembangan lingkungan yang madani sesuai dengan nilai-nilai Islam melalui program Ma’had ‘Al-jami’ah.
5. Perwujudan keunggulan akademik dan profesionalisme yang didasarkan pada moral keagamaan dalam kehidupan kampus.
6. Pengembangan studi Regional Islam Asia Tenggara danTamaddun Melayu sebagai pusat keunggulan(center of excellence)
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia dan menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan serta keunggulan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pegetahuan, teknologi, dan/atauseni yang bernafaskan Islam;
2. Mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan martabat dan taraf kehidupan masyarakat serta memperkaya kebudayaan nasional;
3. Menghasilkan karya ilmiah dan karya kreatif yang unggul berkelas dunia;
4. Menghasilkan kinerja institusi yang efektif untuk menjamin pertumbuhan kualitas pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yang berkelanjutan.2

B. AKIDAH TAUHID DALAM PRINSIP PARADIGMA ILMU SEBAGAI LANDASAN TRANSFORMASI UIN SUNAN QASIM RIAU
      Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi pengetahuan dalam Islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran Allah, dan sebagai sumber kebenaran adalah Allah swt adalah perbuatan syirik. Al-Faruqi berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam kesadaran kita senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Seseorang yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
      Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakikatnya ingin menghubungkan kembali Ilmu pengetahuan dan agama dalam visi modern dan memandang ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk membuka rahasia-rahasia sunatullah yang semuanya disadari oleh kesadaran bahwa agama dan ilmu pengetahuan merupakan Karunia Allah kepada manusia. Tauhid adalah inti ajaran Islam sehingga islamisasi ilmu tidak memiliki cara lain kecuali diawali dari akidah tauhid (mengesakan Allah) yang benar.3
      Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber kebenaran. Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia memperoleh pengetahuannya. Objek pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan hasil karya Tuhan (kehendak dan kuasanya). Tuhan mengetahuinya secara pasti, sebab Dia adalah penciptanya dan secara pasti pula Dia adalah sumbernya, dan pengetahuanNya adalah mutlak dan universal. Allah sebagai Rabbul Alamin yaitu sebagai pencipta alam beserta segala isinya. Rabb artinya mendidik dimana Allah sebagai pendidik. Allah hanya memberi fasilitas hidup bagi manusia dengan kelengkapan diri manusia tersebut. Dan manusialah yang mengusahakan bagaimana mengembangkan bakat kognitif, psikomotorik, maupun akhlak budi pribadinya, untuk menetapkan status didunia dan diakhirat nantinya. Tetapi manusia tidak boleh sombong karena hakikatnya Allah yang memberikan ilmu oengetahuan yang dimiliki manusia tersebut.
      Paradigma keilmuan yang melandasi proses transformasi UIN Sunan Qasim tidak terlepas dari paradigma Islam sebagai pondasinya, lmu pengetahuan atau sains menurut Islam harus meliputi iman, kebaikan dan keadilan, bagi manusia baik bagi dirinya sebagai makhluk Allah maupun sebagai anggota masyarakat dan umat Islam pada umumnya, dalam ajaran Islam ilmu harus berintegrasi dengan nilai,  yang berlandaskan keimanan, dan bernilai guna untk kemaslahatan manusia. Dan tidak bertentangan dengan  Al-Quran dan hadis, yang merupakan pedoman hidup moanusia meskipun Alquran bukanlah sebuah buku ilmiah sebagaimana yang umum kiita pahami,namun tidak diragukan pula bahwa al-quran mengandung ilmu prinsip-prinsip mendasar tentang ilmu pengetahuan. Al-Quran memotivasi setiap orang untuk menuntut ilmu dan mengajak manusia untuk berpikir. Al quran tidak merintangi akal untuk memperoleh ilmu dalam ukuran sedalam dan seluas mungkin.
      Al-qur’an membawa konsep ilmu pengetahuan yang jauh lebih komprehensif dan berbeda dengan konsep ilmu pengetahuan yang dibawa oleh epistemology yang lain, yang mana semuanya itu tercermin dari ungkapan Al-Qur’an misalnya tentang asumsi dasar yang menjadi prinsip dalam kajian ilmiah , tentang cara atau jalan memperoleh ilmu pengetahuan tentang objek ilmu pengetahuan
      Sepanjang itu berorientasi kepada kekuasaan Allah maka ilmu itu tidak boleh lepas dari hukum – hukum Allah yang penerapanya diperhitungkan di akhirat kelak. Dengan kata lain, ilmu tidak lagi bebas nilai  (value free). Oleh karena itu kebenaran ilmu harus diukur oleh kebenaran hukum Allah dan manfaatnya bagi manusia dan kemanusiaan. Dalam pada itu ilmu islam tidak hanya dapat dikembangkan melalui penelitian empiris saja yang menhimpun, menganalisis, dan menyimpulkan ilmu berdasarkan gejala atau data dalam betuk formalnya dan yang kemudian digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi memerlukan metode kualitatif untuk mencapai kedalam substansi, kedalam isi dan maknanya yang bersifat kemanusian yang tidak terjangkaau oleh penelitian empiris. Karena ilmu islami merupakan kebenaran yang telah ditetapkan Tuhan melalui hukum – hukumNya. Apabila penelitian dan pengebangnya tidak membawa manusia memahami tujuan ilmu tersebut maka kelengkapan kebenaran tersebut direduksi. Hal ini jelas tidak dikehendaki Islam, dan karenya tidak boleh terjadi
      Sekarang sudah waktunya bagi kita untuk mengamalkan secara komprehensif konsepsi paradigmatic islami tentang bangunan Ilmu pengetahuan. Dikatakan demikian karena apabila ilmu pengetahuan keluar dari proses acuan ilahi, diyakini membawa implikasi negatif ( berbahaya ) bagi manusia, sudah cukup kiranya derita umat manusia yang diakibatkan oleh upaya memposisikan ilmu pengetahuan diluar tatanan dan kebenaran yang dibawa oleh agama Islam.

      Selanjutnya dapat dinyatakan disini bahwa secara hirarki setidaknya terdapat tiga prinsip islam yang mendasari ilmu pengetahuan. Prinsip pertama memberikan pemahaman bahwa pernyataan wahyu pasti benar, dan mesti pula sesuai dengan realitas. Dari perinsip ini lahir perinsip kedua yang mengharuskan dengan adanya kontradiksi perbedaaan atau variasi diantara nalar pemikiran deemgan wahyu .meskipun demukian ada ketidak sesuaian pemikiran nalar dengan wahyu disebabkan oleh kesalahpahaman terhadap wahyu atau karena ketidakmapuan pikiran memahami reaitas disebabkan karena data yang digunaka untuk itu tidak benar. Dalam hal demikian perlu diakukan kajian ulang secara terus-  menerus dengan satu keyakinan bahwa kedua kutub itu tidak pernah dan tidak akan mungkin berlawanan. Prinsip ketiga adalah bahwa pengamatan terhadap hakikat alam semesta dan bagian-bagiannya tidak akan pernah berakhir. Ini berarti semakin dalam suatu pengamatan ,semakin bertambah banyak dan semakin bertambah dalam yang tidak bias diketahui manusia. Perinsip ini membawa sikap teguh pendirian dalam upaya pencarian terus – menerus dalam rangka mencapai kebenaran, dan akhirnya bermuara pada suatu  yang membenarkan ketidak terhinggan hokum dan pola ciptaan tuhan.4
  Kesatuan kebenaran seperti yang di utarakan secara ringkas diatas, membawa keharus yakinan akan kemaha esaan Allah, sebab tidak akan dicapai kesatuan kebenaran itu tanpa keesaan  Allah, jika sekiranya tuhan tidak esa maka kebenaran pun akan beragam pula seperti keberagaman tuhan dan pastilah hal yang demikian itu tidak benar
  Keesaan Allah merupakan perinsip  yang paling dasar dalam Islam. Allah merupakan tuhan dan tiada tuhan selain Allah. Tiada satupun yang menyamainya dia tidak serupa dengan apapun. Dia maha mendengar dan maha melihat. Allah tunggal secara mutlak maha suci, dan maha apapun selain dia ciptaaNya,  Allah maha pencipta dan dengan perintahnya segala sesuatu terjadi. Kehendaknya merupakn hukum.Tidak akan terjadi sesuatu diluar kehendaknya
  Tidak satupun fakta terjadi secara kebetulan ,sia-sia, dan tidak berarti. Semua fakta dan peristiwa sejalan dengan ketetapan Allah. Pengetahun terhadap suatu objek yang lain sangat komplek dan bahkan tidak terhingga,menyebabkan ketergantungan manusia kepadaNya dan pengakuan diri (manusia) sebagai mahkluk ciptaanNya.
  Penemuan penemuan dalam bidang sains dan teknologi mengenai alam, atom, manusia, tumbuh-tumbuhan dan berbagai bidang industri telah banyak menyingkap keindahan dan ketelitian ciptaan Allah SWT. Penemuan-penemuan dan rekaan-rekaan baru itu menguatkan lagi ajaran aqidah tauhid dan mengukuhkan lagi keimanan orang-orang mumin. Hasil-hasil kajian itu menunjukan kebesaran dan keluasan kodrat serta ilmu Allah. Dibalik semua ciptaanNya yang indah ini pasti ada sang penciptanya yang Maha besar dan Maha berkuasa
  Tauhid menempatkan kita pada suatu kehidupan di mana kita harus hidup dengan etika dalam peerbuatan maupun tindakan. Etika yang gimana? Yaitu etika yang sebagai manusia yang bermoral dan beragama yang dapat diukur melalui keberhasilan yang kita peroleh dalam mengisi ruang dan waktu, dalam dirinya maupun dalam lingkungan dimana kita tinggal. Didalam al Quran telah menyebutkan bahwa pembenaran kepada ciptaan Tuhan dimana kita harus menjalankan tugas sebagai umatnya, Secara empatis al Quran menegaskan bahwa dunia adalah lapangan bagi manusia untuk di manfaatkan oleh manusia dengan sebaik baiknya. Sejarah merupakan peristiwa penting bagi umat Islam dan akan dipertanggungjawabkan kelak nanti. Harus dipahami bahwa hasil akhir dari sejarah merupakan sebuah konsekuensi bagi pelaku sejarah tersebut, baik merupakan tindakan pribadi maupun kelompok. Dengan demikian Tauhid membimbing umat islam untuk memandang dirinya sendiri sebagai pusat sejarah, Karena ialah satu-satunya wakil Tuhan yang dapat membawa kehendak-Nya menuju terjadinya peristiwa Sejarah.
  Dalam Islam, alam adalah ciptaan dan anugerah tuhan yang indah. Sebagai ciptaan, ia bersifat teleologis, sempurna, dan teratur sebagai anugerah, ia merupakan kebaikan yang tak mengandung dosa yang diperuntukan bagi manusia. Tujuannya adalah untuk memungkinkan manusia untuk melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan. Dengan sendirinya tauhid merupakan sesuatu yang berhubungan dengan penghapusan ketakutan yang bekerja di samping Tuhan. Tauhid mengumpulkan seluruh benang yang rajut dan mengembalikan kepada Tuhan, bukan kepada kekuatan lain. Tauhid di dalam Islam merupakan syarat bagi ilmu pengetahuan bukan sebagai penghalang. Alam yang dipandang melalui Tauhid, sangat sesuai dan dapat diamati secara ilmiah. Islam mengajarkan bahwa alam diciptakan untuk manusia agar dapat berkembang, menikmati anugerah Tuhan dengan aturan-aturannya.
  Islam merupakan agama yang sesuai ruang dan waktu. Islam menghendaki agar manusia dapat menenuhi kebutuhannya secara wajar, seperti makan, minum, rumah yang nyaman, mengubah dunia menjadi sebuah taman yang indah, menikmati seks, pesahabatan yang baik dalam kehidupan, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan mengelola alam membangun hubungan social yang harmonis.
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia yang paling baik dengan tujuan untuk mengabdi kepadaNya. Amanat dari Tuhan tersebut merupakan pemenuhan unsur etika dari kehendak ilahi yang sifatnya harus direalisasikan dengan kemerdekaan, dan manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat melakukan itu. Tanggung jawab yang diberikan sama sekali tidak mengenal batas,mencakup segala unsur secara universal.
      Tauhid meupakan pemisahan secara ontologis antara Tuhan dan seluruh sifat alam. Segala bentuk Ciptaan Allah adalah mahluk yang tidak transenden, serta tunduk dan patuh terhadap hukum ruang dan waktu, Tauhid tidak betentangan dengan seni, sebaliknya tauhid mendorong kita pada pengambangan nilai keindahan dalam kehidupan. Nilai keindahan yang mutlak itu adalah diri Tuhan didalam firman atau kehendak yang di firmankan-Nya.

      Berdasarkan landasan tauhid itulah yang harus dibangun dan kembangkan apabila hal itu dapat dimanfaatkan ilmu pasti akan kehilangan nilai teologisnya, dan pada giliranya menjadi bomerang bagi bangunan peradaban manusia. Oleh karena itu tidak diragukan bahwa tauhid merupakan sumbu paradigma islami yang asensi,dan ini sekaligus pengakuan terhadap eksistensi metafisika ilmu dalam pandangan islam.
Setelah hampir dua abad gerakan pembaharuan islam dugulirkan, hasilnya belum dapat menghantarkan umat islam keluar dari problem keterbelakangan.
Kami melihat faktor lemah dan hancurnya dominan yang menyebabkan sulitnya umat Islam bangkit dari keterpurukan, apalagi untuk bisa leading lagi. Selain rendahnya etos keilmuan, rendahnya etos kerja kaum muslimin, penerapan dualisme ekosistem pendidikan di dunia Islam punya andil besar memperburuk kinerja pengembangan mutu sumber daya umat Islam.5
Di samping itu, pandangan bahwa ilmu keislaman adalah ilmu agama masih tetap kuat di kalangan masyarakat Islam sendiri, sehingga ilmu keislaman bagi mereka adalah ilmu-ilmu agama seperti yang ada di IAIN dulu, yaitu ushuluddin, dakwah, syariah, adab dan terbiyah. Sedangkan ilmu-ilmu di luar studi agama adalah bukan ilmu keislaman. Dengan kata lain, mereka sebenarnya masih berpandangan bahwa Islam adalah agama, bukan kebudayaan, sehinga sains dan teknologi sebagai bagian dari kebudayaan, tidaklah termasuk kajian keislaman.
Karena itu, paradigma integratif dan interkonektif menjadi sangat penting dan fundamental dalam merumuskan kajian-kajian keislaman, di mana posisi Islam sebagai nilai-nilai yang mendasar dan mengikat setiap kajian keislaman yang ada dalam berbagai aspek kebudayaan, baik kebudayaan sebagai sistem nilai, produk maupun eksistensi manusia dalam perjalanan hidupnya yang kompleks. 6
      Akar masalah yang menyebabkan dualisme system pendidikan   di dunia islam terletak pada penyerapan dan penerapan pandangan barat sekuler oleh ilmuan muslim mengenai konsep dikhotomi ilmu yang  secara prontal mempertentangkan Antara apa yang disebut orang dengan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu secular.
      Pandangan yang mendikhotomikan ilmu harus dilenyapkan, kemudian diganti dengan pandangan yang menyakini pentingnya kesatuan ilmu pengetahuan( the unity of knowledge ) dimana wahyu memandu ilmu dan dan tauhid sebagai sumbu penggerak dinamika pengembangan ilmu dan tauhid pula sekaligus sebagai orientasi ilmu.
      Atas dasar bangunan ilmu sebagai mana digambarkan diatas itulah Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarief Kasim Riau Mengukuhkan eksistensinya untuk selanjutnya tanpa henti berupaya mengembangkan ilmu dalam perspektif Islam.
       Dengan  paradigma ilmu yang memberi penekanan pada rasa iman dan tauhid (belief affection).serta terus menerus mengembangkan berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan pendekatan religious sehingga nilai-nilai Islam menjadi roh bagi setiap cabang ilmu pengetahuan dengan penerapan prinsip Islam dalam Disiplin Ilmu (IDI) sebagai upaya riil mewujudkan integrasi ilmu dengan Islam.Menyelenggarakan  beberapa disiplin ilmu untuk mencapai standar kompetensi ilmu-ilmu keislaman yang memperkuat domain akidah, ibadah, muamalah dan akhlak merupakan karakteristik yang  yang hendak dibangun oleh UIN Sunan Qasim kedepan.
Pembinaan dan pengembangan lingkungan yang madani sesuai dengan nilai-nilai Islam melalui program Ma’had ‘Al-jami’ah. Perwujudan keunggulan akademik dan profesionalisme yang didasarkan pada moral keagamaan dalam kehidupan kampus. Pengembangan studi Regional Islam Asia Tenggara danTamaddun Melayu sebagai pusat keunggulan(center of excellence, Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia dan menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan serta keunggulan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pegetahuan, teknologi, dan/atauseni yang bernafaskan Islam, serta mengembangkan dan menyebar luaskan Ilmu agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan martabat dan taraf kehidupan masyarakat serta memperkaya kebudayaan nasional,berperan aktif dalam menghasilkan karya ilmiah dan karya kreatif yang unggul berkelas dunia serta menghasilkan kinerja institusi yang efektif untuk menjamin pertumbuhan kualitas pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yang berkelanjutan.merupakan tujuan  yang ingin dicapai oleh segenap civitas akademik UIN sunan Qasim Riau. Memang bukan perkara yang mudah untuk mewujudkan tujuan yang mulia tersebut dan juga bukan perkara yang mustahil,  butuh kerja keras dan tekad yang kuat  dari segenap civitas akademik,sehingga dapatlah tercapai semua yang dijadikan visi misi, karakteristik. dan tujuan dari UIN Sunan Qasim.


     
     
     
     
     
     
     
     
KESIMPULAN
        Berdasarkan pada hasil paparan data dan analisis data, tentang pembaharuan pemikiran pendidikan islam studi Paradigma Ilmu yang melandasi transformasi UIN Sunan Qasim Riau ilmu pengetahuan dan agama di diperoleh kesimpulan sebagai berikut ;
      Paradigma keilmuan yang melandasi proses transformasi UIN Sunan Qasim tidak terlepas dari paradigma Islam sebagai pondasinya, Ilmu pengetahuan atau sains menurut Islam harus meliputi iman, kebaikan dan keadilan, bagi manusia baik bagi dirinya sebagai makhluk Allah maupun sebagai anggota masyarakat dan umat Islam pada umumnya, dalam ajaran Islam ilmu harus berintegrasi dengan nilai,  yang berlandaskan keimanan, dan bernilai guna untk kemaslahatan manusia. Dan tidak bertentangan dengan  Al-Quran dan hadis, yang merupakan pedoman hidup manusia. Dengan  paradigma ilmu yang memberi penekanan pada rasa iman dan tauhid (belief affection).serta terus menerus mengembangkan berbagai cabang ilmu pengetahuan dengan pendekatan religious sehingga nilai-nilai Islam menjadi roh bagi setiap cabang ilmu pengetahuan dengan penerapan prinsip Islam dalam Disiplin Ilmu (IDI) sebagai upaya riil mewujudkan integrasi ilmu dengan Islam. Menyelenggarakan  beberapa disiplin Ilmu untuk mencapai standar kompetensi ilmu-ilmu keislaman yang memperkuat domain akidah, ibadah, muamalah dan akhlak merupakan karakteristik yang  yang hendak dibangun oleh UIN Sunan Qasim kedepan.














DAFTAR PUSTAKA

1. Nanat Fatah Nastir  (ed), Pengembangan Pendidikan Tinggi Dalam Perspektif    Wahyu Memandu Ilmu, Bandung, Gunung Djati Press, 2008

2. http://uin –suska.ac.id/ profil / visi dan misi. “ Visi, Karakteristik, Misi, dan Tujuan “

3. Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2009
4. http://uin-suka.ac.id/page/kolom/detail/30/paradigma-integrasi-dan-interkoneksi-dalam-perspektif-filsafat-islam Rabu, 5 November 2014 12:04:56 WIB Disampaikan dalam rangka Seminar “Praksis Paradigma Integrasi Interkoneksi Ilmu dan Transformasi Islamic Studies”,  (Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Convention Hall, 22-23 Oktober 2014)


1 Nanat Fatah Nastir  (ed), Pengembangan Pendidikan Tinggi Dalam Perspektif Wahyu Memandu Ilmu, ( Bandung, Gunung Djati Press, 2008 )
2 http://uin –suska.ac.id/ profil / visi dan misi. “ Visi, Karakteristik, Misi, dan Tujuan “
3 Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2009)

4 Nanat fatah Natsir, :Pengembangan Pendidikan Tingggi Dalam Perspektif Wahyu Memandu Ilmu” h. 96
5 Nanat Fatah Natsir,” pengembangan pendidikan tinggi dalam perspektif wahyu memandu ilmu”
h.99
6http://uin-suka.ac.id/page/kolom/detail/30/paradigma-integrasi-dan-interkoneksi-dalam-perspektif-filsafat-islam Rabu, 5 November 2014 12:04:56 WIB Disampaikan dalam rangka Seminar “Praksis Paradigma Integrasi Interkoneksi Ilmu dan Transformasi Islamic Studies”,  (Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Convention Hall, 22-23 Oktober 2014)



0 Response to "PARADIGMA KEILMUAN YANG MELANDASI PROSES TRANSFORMASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN QASIM RIA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel